Daniel Bell. Masyarakat Post-Industri

Masyarakat Post-Industri Daniel Bell
Masyarakat Post-Industri
Hipotesa utama Bell ialah bahwa dunia Barat sedang mengalami transisi dari masyarakat industri menuju masyarakat post-industri. Konsep masyarakat post-industri ini dapat lebih dipahami lewat analisa lima dimensi atau komponen (Bell, 1973:14-33).

Dimensi pertama menyangkut sektor ekonomi, di mana masyarakat penghasil barang jadi beralih menjadi masyarakat penghasil jasa. Karena industri suatu bangsa semakin maju, semakin besar prosentase angkatan kerja yang bergerak meninggalkan sektor pertanian atau perkebunan menuju ke sektor manufaktur ekonomi. Karena terjadi kenaikan pendapatan nasional, sebagai konsekuensi dari transisi itu, maka permintaan di sektor jasa akan menjadi lebih besar. Bell (1973:15) menyatakan bahwa, Amerika Serikat dewasa ini merupakan satu-satunya negara di dunia di mana sektor jasa bertanggung jawab bagi lebih separuh pengerjaan total dan menarik lebih dari separuh hasil pendapatan nasional (GNP).

Dimensi kedua terjadi di lapangan pekerjaan. Di sini terdapat perubahan dalam jenis kerja, yaitu keunggulan kelas profesional dan teknis: Di Amerika Serikat, di tahun 1956 untuk pertama kali dalam sejarah peradaban industri, jumlah karyawan berkerah putih (White collar) dalam struktur pekerjaan telah melampaui jumlah karyawan berkerah biru (Blue collar) (Bell, 1974:17). Pertumbuhan pekerjaan profesional dan teknis itu bahkan lebih mengejutkan lagi. Kelompok yang terdiri dari para ilmiawan, insinyur, teknis, personil ahli kesehatan dan obat-obatan, guru dan pekerjaan lain yang seperti itu sudah merupakan jantung masyarakat post-industri.

Dimensi ketiga masyarakat post-industri ialah pemusatan pengetahuan teoritis sebagai inovasi dan pembentukan kebijaksanaan bagi masyarakat (Bell, 1973:14). Perubahan dalam dimensi pengetahuan dapat dilihat dari perbedaan masyarakat post-industri dan masyarakat industri. Dalam memproduksi barang, dalam masyarakat industri hubungan utama terletak pada koordinasi manusia dan mesin. Bell (1963:20) menyatakan: masyarakat post-industri terorganisasi di sekitar pengetahuan, demi tujuan kontrol sosial dan pengarahan inovasi serta perubahan; dan hal ini sebaliknya melahirkan hubungan-hubungan sosial dan struktur-struktur baru yang harus ditangani secara politis. Dalam masyarakat post-industri pengetahuan teoritis-abstrak lebih unggul dari pengetahuan empiris yang konkret (penemuan). Pengetahuan teoritis ini penting sebagai sumber bagi keputusan-keputusan kebijakan.

Dimensi keempat ialah orientasi masa depan, yang mengendalikan teknologi dan penaksiran teknologis. Dengan kata lain masyarakat post-industri bisa berencana dan mengontrol pertumbuhan teknologi itu daripada hanya membiarkan segalanya terjadi.

Dimensi kelima mencakup pengambilan keputusan dan penciptaan teknologi intelektual baru. Dimensi ini berhubungan dengan metode atau cara-cara memperoleh pengetahuan. Teknologi intelektual mencakup penggunaan pengetahuan ilmiah untuk memperinci cara melakukan sesuatu dengan cara yang dapat diulang melalui substitusi aturan-aturan, pemecahan masalah bagi penilaian-penilaian yang sifatnya intuitif.

Dalam pernyataan teoritisnya yang pertama Bell menganalisa perubahan dalam karakter pengetahuan dan struktur masyarakat post-industri. Hal ini meliputi pertumbuhan dan percabangan ilmu yang berjalan cepat, timbulnya teknologi intelektual baru, dan kodifikasi pengetahuan teoritis. Pergeseran tipe pengetahuan ini memiliki efek terhadap ekonomi masyarakat kita. Kepada bentuk perubahan ini Bell memberikan perhatiannya.


Ket. klik warna biru untuk link

Download di Sini

Sumber.
Poloma, Margaret M. 1979. Sosiologi Kontemporer. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.


Baca Juga
1. Pengertian Postmodernisme
2. Daniel Bell. Ramalan Sosial
3. Daniel Bell. Kontradiksi Kultural Kapitalisme
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Daniel Bell. Masyarakat Post-Industri"