Erich Fromm. Eksistensi Manusia

Eksistensi Manusia Menurut Erich Fromm
Erich Fromm
Menurut Fromm, hakikat manusia bersifat dualistis. Dalam hal ini, setidaknya ada empat dualisme di dalam diri manusia.
a. Manusia sebagai binatang sekaligus manusia
Manusia sebagai binatang memiliki banyak kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi, seperti makan, minum, serta seksual. Manusia sebagai manusia memiliki kebutuhan kesadaran diri, berpikir, serta berimajinasi. Kebutuhan manusia itu terwujud dalam pengalaman khas meliputi perasaan lemah lembut, cinta, kasihan, perhatian, tanggung jawab, identitas, integritas, sedih, transendensi, kebebasan, nilai, serta norma.

b. Manusia hidup sekaligus akan mati
Setiap manusia menyadari bahwa suatu saat ia pasti akan mati. Akan tetapi, manusia selalu berusaha mengingkari dengan meyakini adanya kehidupan sesudah mati. Usaha ini menurut Fromm tidak sesuai dengan fakta. Sebab, Fromm menganggap kehidupan akan berakhir dengan kematian.

c. Manusia sempurna sekaligus tidak sempurna
Manusia mampu mengonsep realisasi diri yang sempurna. Akan tetapi, karena hidup itu pendek, kesempurnaan itu tidak dapat dicapai.

d. Manusia sendiri sekaligus bersama
Manusia adalah pribadi yang sendiri dan senantiasa ingin mandiri. Akan tetapi, manusia juga tidak bisa menerima kesendirian. Setiap orang menyadari dirinya sebagai individu yang terpisah dari orang lain. Namun, pada saat yang sama, ia juga menyadari kebahagiaannya bergantung pada kebersamaan dengan orang lain. Dilema ini tidak pernah terselesaikan. Hanya saja, setiap individu harus berusaha menjembatani dualisme ini agar tidak menjadi gila.

Keempat dualisme tersebut merupakan kondisi dasar eksistensi manusia. Oleh karena itu, Fromm menekankan pemahaman terhadap jiwa manusia harus berdasarkan analisis tentang kebutuhan-kebutuhan yang berasal dari kondisi-kondisi eksistensi manusia tersebut.

Kondisi dari empat dualisme yang dibawa sejak lahir ini disebut Fromm sebagai dilema eksistensi manusia. Menurutnya, ada dua cara bagi manusia untuk menghindari terjadinya dilema eksistensi. Pertama, menerima otoritas dari luar, tunduk kepada penguasa, serta menyesuaikan diri dengan masyarakat. Manusia menjadi abdi—dari penguasa negara—untuk mendapatkan perlindungan dan rasa aman. Kedua, bersatu dengan orang lain dalam semangat cinta dan kerja sama serta menciptakan ikatan dan tanggung jawab bersama untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.


Ket. klik warna biru untuk link


Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik sampai Modern. IrcisoD. Yogyakarta


Download

Baca Juga
1. Erich Fromm. Biografi Psikolog
2. Erich Fromm. Psikososial Humanistik
3. Erich Fromm. Masyarakat dan Eksistensi Manusia
4. Erich Fromm. Kebutuhan Manusia 
5. Erich Fromm. Normalitas dan Kebebasan
6. Erich Fromm. Alam Bawah Sadar Sosial
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Erich Fromm. Eksistensi Manusia"