Teori Modernisasi

Teori Modernisasi
Modernisasi
Teori modernisasi menjelaskan tentang proses transformasi dari masyarakat tradisional atau terbelakang ke masyarakat modern. Teori modernisasi selalu berkaitan dengan perubahan sosial dalam masyarakat. Modernisasi hakekatnya tidak terbatas pada pembangunan, industrialisasi, dan demokratisasi saja, akan tetapi menyangkut pula berbagai bidang kehidupan lainnya yang saling berhubungan sehingga kemajuan suatu bidang kehidupan akan diikuti oleh bidang-bidang kehidupan yang lain.

Modernisasi merupakan proses perubahan terhadap sistem ekonomi, sosial dan politik yang berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke-17 sampai ke-19 yang kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya. Perubahan tersebut juga terjadi di Amerika Selatan, Asia dan Afrika pada abad ke-19 dan ke-20. Teori modernisasi fokus pada cara masyarakat pramodern menjadi modern melalui proses pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur sosial, politik dan budaya. Masyarakat modern adalah masyarakat industri. Oleh karena itu, hal pertama yang harus dilakukan untuk memodernkan masyarakat adalah dengan industrialisasi.

Teori Modernisasi Menurut Para Ahli
1. Pearsons, teori modernisasi adalah teori yang berhubungan dengan pandangan mengenai pentingnya westernisasi dalam upaya mendongkrak karakteristik negara berkembang untuk mengikuti pola pembangunan yang dilakukan oleh negara di Eropa Barat.
2. Huttington, teori modernisasi adalah teori yang bersifat revolusioner, sebagai bentuk pendorong perubahan sosial yang cepat. Teori ini tidak bisa dihindari setiap manusia dan akan mempengaruhi pada kehidupan masyarakat global. Pada teori ini lebih mengutamakan tentang pembangunan, ekonomi, dan globalisasi.
3. Roy Harrod dan Evsey Domar, bahwa dalam modernisasi pola perekonomian dalam perkembangan global harus ditingkatkan dengan cara investasi. Bentuk investasi bukan hanya meningkatkan pendapatan akan tetapi secara khusus akan mampu memberikan pekerjaan bagi masyarakat lainnya.
4. Max Weber, teori modernisasi adalah bagian daripada etika protestan yang memberi penekanan dalam budaya dan peran agama dalam pembentukan kapitalisme yang dilakukan oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang bergama protestan.
5. David McClelland, bahwa modernisasi akan mendorong setiap individu untuk mempercepat proses pembangunan dengan memberikan pedoman untuk masyarakat agar menjadi wiraswasta dengan n-Ach yang tinggi.
6. W.W. Rostow, teori modernisasi adalah teori yang memberikan pandangan bahwa setiap manusia harus memiliki pedoman hidup dalam menjadi aktivitas ekonomi dan menjaga keseimbangan sosial, cara yang bisa dilakukan ialah dengan melakukan tahap pembangunan.
7. Bert. F. Hoselitz, teori modernisasi adalah teori yang menekankan pada dorongan seseorang untuk memberikan pedoman dalam hidup, selain ini pedoman ini diperlukan kesadaran terhadap faktor ekonomi dan non ekonomi dalam perkembangan manusia seutuhnya.
8. Alex Inkeles, teori yang dikenalkan oleh Alex ini berhubungan erat dengan manusia modern. Di dalamnya memberikan pandangan tentang pekerjaan dan aspek lingkungan material masyarakat. Dalam pedoman yang diberikan ialah melakukan pembangunan untuk mencapai kemajuan.

A. Latar Belakang Teoretis
Teori modernisasi berkembang dalam tiga fase. Fase pertama (1950-an dan 1960-an), fase kedua (1970-an dan 1980-an), fase ketiga (1990-an). Teori modernisasi lahir sebagai sejarah tiga peristiwa penting dunia setelah Perang Dunia II, yaitu munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan dunia, perluasan gerakan komunis sedunia di mana Uni Soviet mampu memperluas pengaruh politiknya ke Eropa Timur dan Asia serta lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia (Afrika dan Amerika Latin). Terdapat dua teori yang melatarbelakangi lahirnya teori modernisasi, yaitu teori evolusi dan teori fungsionalisme.

Teori evolusi menggambarkan perkembangan masyarakat dalam dua hal. Pertama, teori evolusi menganggap bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah, seperti garis lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat primitif menuju masyarakat maju. Kedua, teori evolusi membaurkan antara pandangan subjektifnya tentang nilai dan tujuan akhir perubahan sosial. Perubahan menuju bentuk masyarakat modern merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.

Teori fungsionalisme tidak lepas dari pemikiran Talcott Parsons yang memandang masyarakat seperti organ tubuh manusia. Pertama, struktur tubuh manusia memiliki bagian yang saling terhubung satu sama lain. Oleh karena itu, masyarakat mempunyai berbagai kelembagaan yang saling terkait satu sama lain. Kedua, setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan khas, demikian pula setiap bentuk kelembagaan dalam masyarakat.

B. Asumsi Teoretis
Terdapat dua asumsi dalam teori modernisasi. Pertama, teori modernisasi berasal dari konsep-konsep metafora yang diturunkan dari teori evolusi. Kedua, teori modernisasi berasal dari pola pikir teori fungsionalisme. Berdasarkan teori evolusi, modernisasi merupakan proses bertahap, proses homogenisasi, terbentuk sebagai proses Eropanisasi atau Amerikanisasi, proses yang tidak bergerak mundur, perubahan progresif dan memerlukan waktu panjang. Sementara itu, berdasarkan teori fungsionalisme modernisasi merupakan proses sistematik, proses transformasi dan proses yang terus-menerus.

Teori modernisasi mampu menurunkan berbagai implikasi kebijakan pembangunan yang perlu diikuti negara Dunia Ketiga dalam memodernkan dirinya. Pertama, teori modernisasi secara implisit memberikan pembenaran hubungan kekuatan yang bertolak belakang antara masyarakat tradisional dan modern. Dalam hal ini Amerika Serikat dan Eropa Barat sebagai negara maju dan Negara Dunia Ketiga sebagai masyarakat tradisional dan terbelakang. Kedua, teori modernisasi menilai ideologi komunisme sebagai ancaman pembangunan Negara Dunia Ketiga. Oleh karena itu, jika Negara Dunia Ketiga ingin melakukan modernisasi, mereka perlu menempuh arah yang telah dijalani Amerika Serikat dan Eropa Barat. Ketiga, teori modernisasi mampu memberikan legitimasi tentang perlunya bantuan asing, khususnya dari Amerika Serikat.

C. Teori-teori tentang Modernisasi
Beberapa teori yang tergolong kedalam kelompok teori modernisasi yaitu :
1. Teori Harrod – Domar: Modal dan Investasi
Roy Harrod dan Evsey Domar adalah ahli ekonomi yang berbicara tentang teori ekonomi pembangunan yang menekankan pada penyediaan modal dan investasi. Mereka berkesimpulan bahwa pembangunan akan berhasil dan terlaksana dengan baik jika pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya modal dan investasi.

2. Teori Max Weber: Etika Protestan
Max Weber adalah seorang sosiolog jerman yang dianggap bapak sosiolog modern. Teori Max Weber menekankan tentang nilai-nilai budaya yang menjelaskan tentang peran agama dalam pembentukan kapitalisme. Peran agama yang dikemukakan di sini mempunyai peran yang menentukan dalam mempengaruhi tingkah laku individu. Kalau nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dapat diarahkan kepada sikap yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, maka proses pembangunan dalam masyarakat dapat terlaksana.

3. Teori David McCleland: Dorongan Berprestasi atau n-Ach
David McCleland adalah seorang ahli psikologi sosial. Teori ini menekankan pada aspek-aspek psikologi individu. Bagi McCleland, dengan mendorongnya proses pembangunan berarti membentuk manusia wira swasta dengan n-Ach yang tinggi. Kalau manusia wira swasta ini dapat dibentuk dalam jumlah yang banyak, maka proses pembangunan dalam masyarakat tersebut dapat terlaksana dengan baik.

4. Teori W.W. Rostow: Lima Tahap Pembangunan
W.W. Rostow adalah seorang ahli ekonomi, perhatiannya bukan hanya pada masalah ekonomi dalam arti sempit tetapi juga meluas pada masalah sosiologi dalam proses pembangunan, meskipun titik berat analisisnya masih tetap pada masalah ekonomi. Bagi Rostow sendiri pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju. Untuk menuju ke proses ini maka Rostow membaginya menjadi lima tahap, yaitu:
a. Masyarakat Tradisional, perlunya penguasaan ilmu pengetahuan agar kehidupan dan kemajuan masyarakat dapat berkembang.
b. Prakondisi untuk Lepas Landas, proses ini memerlukan adanya campur tangan dari luar atau masyarakat yang sudah maju. Dengan campur tangan dari luar ini maka mulai berkembang ide pembaharuan.
c. Lepas Landas, periode ini akan ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
d. Bergerak ke Kedewasaan, periode ini ditandai perkembangan industri yang sangat pesat dan memantapkan posisinya dalam perekonomian global. Barang-barang yang tadinya di impor, sekarang dapat diproduksi di dalam negeri. Yang diproduksikan bukan hanya terbatas pada barang konsumsi tetapi juga barang modal.
e. Zaman konsumsi massal yang tinggi, pada periode ini konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi akan meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi. Produksi industri akan berubah, dari kebutuhan dasar menjadi kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama. Pada titik ini pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan secara terus menerus.

Selain itu juga teori Rostow menekankan pada aspek-aspek non ekonomi untuk menuju ke proses lepas landas. Baginya untuk menuju ke proses lepas landas harus memenuhi tiga kondisi yang saling berkaitan, di antaranya,
a. Peningkatan investasi pada sektor produktif
b. Pertumbuhan satu atau lebih sektor manukfaktur yang penting dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
c. Perlunya lembaga-lembaga politik dan sosial yang bisa memanfaatkan berbagai dorongan gerak ekspansi dari sektor ekonomi modern dan akibat yang mungkin terjadi terjadi dengan adanya kekuatan-kekuatan ekonomi dari luar sebagai hasil dari lepas landas, di samping itu juga lembaga-lembaga ini bisa membuat pertumbuhan menjadi sebuah proses berkesinambungan

5. Teori Bert. F. Hoselitz: Faktor-Faktor Non Ekonomi
Teori Hoselitz membahas tentang faktor-faktor non ekonomi yang ditinggalkan oleh Rostow. Teorinya menekankan pada perlunya lembaga-lembaga yang diperlukan menjelang lepas landas. Menurut Hoselitz masalah utama pembangunan bukan hanya sekedar masalah kekurangan modal, tetapi ada masalah lain yang juga sangat penting yakni adanya keterampilan kerja tertentu, yang termasuk di dalamnya tenaga wira swasta yang tangguh. Hoselitz berpikir bahwa, dibutuhkan perubahan kelembagaan pada masa sebelum lepas landas, yang akan mempengaruhi pemasukan modal menjadi lebih produktif.

Perubahan kelembagaan ini akan menghasilkan tenaga wiraswasta dan administrasi, serta keterampilan teknis dan keilmuan yang dimiliki. Oleh karena itu, bagi Hoselitz pembangunan membutuhkan pemasukan dari beberapa unsur di antaranya,
1. Pemasokan modal besar dan perbankan, dibutuhkan lembaga-lembaga yang bisa menggerakan tabungan masyarakat dan menyalurkannya ke kegiatan yang produktif. Ia menyebutkan lembaga perbankanlah yang lebih efektif. Tanpa lembaga-lembaga seperti ini, maka modal besar yang ada sulit dikumpulkan sehingga bisa menjadi sia-sia dan tidak menghasilkan pembangunan.
2. Pemasokan tenaga ahli dan terampil, tenaga yang dimaksud adalah tenaga kewiraswataan, administrator profesional, insinyur, ahli ilmu pengetahuan, dan tenaga manajerial yang tangguh. Di samping itu juga perlu didukung dengan perkembangan teknologi dan sains yang harus sudah melembaga sebelum masyarakat melakukan lepas landas.

6. Teori Alex Inkeles dan David. H. Smith: Manusia Modern
Teori Alex Inkeles dan David Smith menekankan tentang lingkungan material dalam hal ini lingkungan pekerjaan. Teori pada dasarnya berbicara tentang pentingnya faktor manusia sebagai komponen penting penopang pembangunan dalam hal ini manusia modern. Kedua tokoh ini mencoba memberikan ciri-ciri dari manusia modern, seperti: keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya bahwa manusia bisa menguasai alam.

Keduanya beranggapan, bahwa bagaimanapun juga manusia bisa diubah secara mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tidak ada manusia yang tetap menjadi tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang tradisional. Artinya, dengan memberikan lingkungan yang tepat, setiap orang bisa diubah menjadi manusia modern setelah dia mencapai dewasa.

Dari hasil penelitiannya, mereka berkesimpulan bahwa pendidikan adalah yang paling efektif untuk mengubah manusia dan pengalaman kerja dan pengenalan terhadap media massa. Penemuan ini juga mendukung pendapat Daniel Lerner yang menekankan pentingnya media massa sebagai lembaga yang mendorong modernisasi.


Dari berbagai sumber

Download

Ket. Klik warna biru untuk link

Lihat Juga
1. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
2. Immanuel Wallerstein. Sekilas Biografi
3. Immanuel Wallerstein. Teori Sistem Dunia 
4. Teori-Teori Globalisasi
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Teori Modernisasi"