Ruang Lingkup Psikologi. Psikologi Rekayasa (Engineering Psychology)

Ruang Lingkup Psikologi Psikologi Rekayasa
Psikologi Rekayasa
Dalam penggunaannya dewasa ini bersifat agak fleksibel dan komprehensif, baik faktor manusiawi (human factors) dan rekayasa faktor manusiawi (human factors engineering). Terutama masalah yang menyangkut faktor manusiawi (human factors) banyak mendapat perhatian khusus dalam psikologi rekayasa, banyak memanfaatkan ilmu profesi lainnya, termasuk anatomi, fisiologi, sosiologi, desain industri, arsitektur, serta macam-macam bidang teknik. Begitu luasnya istilah psikologi rekayasa, kadang kala digunakan dalam artian luas yang secara praktis mencakup setiap kajian dalam psikologi industri, termasuk seleksi dan klasifikasi, training, motivasi, metode kerja, desain peralatan, serta lingkungan kerja. Pemakaian yang lebih umum cakupannya menyangkut tiga hal yang terakhir disebutkan (Anastasi, 1989: 251-252).

Walaupun psikologi industri dan psikologi rekayasa banyak persamaan yang saling berkaitan, menurut Chapanis dalam Engineering Psychology (1976), keduanya dapat dibedakan dengan jelas dari sudut pendekatannya terhadap pekerjaan. Di sini terdapat tiga perbedaan yang tampak.
a. Seorang ahli psikologi industri akan berusaha mencari kesesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya melalui seleksi, klasifikasi, training, dan rangsangan atau insentif. Sedangkan ahli psikologi rekayasa, ia akan berupaya menyesuaikan pekerjaan dengan orangnya, dengan cara merancang prosedur kerja yang akurat, perlengkapan yang memadai, serta lingkungan kerja yang selaras.

b. Psikologi rekayasa menitikberatkan pendekatan sistem terhadap masalah-masalah dalam pelaksanaan kerja (performance). Orientasi sistemnya menyangkut semua bidang dari psikologi terapan.

c. Dari sisi lain, psikologi rekayasa modern telah memperluas lingkungan okupasional dengan menjangkau semua wilayah kehidupan sehari-hari, yaitu dengan meningkatkan efektivitas kerja, meminimalisasi kelelahan, dan sebagainya.

Sejarah perkembangan psikologi rekayasa dapat ditelusuri pada masa awal pertumbuhan psikologi industri, yakni pada awal tahun 1898, di mana Frederick W. Taylor yang terkenal dengan studinya tentang dimensi waktu dan kerja manual. Ia mengadakan observasi yang sistematis pada sejumlah buruh di pabrik baja. Mengenai performansi para buruh, dan dari observasinya tersebut berkembang pada perencanaan bentuk skop (Coley, 1923). Taylor menyimpulkan bahwa bebas optimal skopnya 2,5 pon, apabila beban itu ditambah atau dikurangi dapat menimbulkan hasil keseluruhan dalam sehari dapat menurun. Kemudian Frank B. Gilbreth berusaha merancang kursi untuk macam jenis pekerjaan, yang maksudnya untuk mengurangi ketegangan otot selama bekerja, termasuk cara menempatkan peralatan kerja, perlengkapan (equipment), dan lingkungan kerja.

Setelah Perang Dunia II, psikologi rekayasa semakin menonjol peranannya, terutama setelah dirasakan meningkatkan kompleksitas mesin atau peralatan mekanis yang menuntut sejumlah tenaga operator pada tingkat efisiensi yang dipersyaratkan. Jalan keluarnya adalah mendesain kembali perlengkapan, singkatnya diadakan upaya-upaya nyata, seperti mengadakan perbaikan pada display melalui arah mana informasi diterima, penyederhanaan sistem kontrol, dan mesin dibuat lebih sempurna (Anastasi, 1989: 255).

Sekarang ini, psikologi rekayasa berbeda dengan ketika disiplin ilmu ini lahir. Bibliografi tentang bidang ini pada tahun 1970-an sudah mencapai ribuan judul (Allusi dan Morgan, 1976). Bahkan, di Amerika Serikat penggunaan psikologi rekayasa menjangkau kepentingan militer dan industri ruang angkasa. Psikologi rekayasa modern tidak lagi terpisah-pisah, melainkan lebih sistematis dan komprehensif serta berjangka panjang. Kontribusi lainnya yang berharga adalah beredarnya buku-buku pegangan ringkasan data mengenai kemampuan sensorik, motorik, dan kapasitas-kapasitas lainnya yang dimiliki manusia yang relevan untuk dimanfaatkan oleh para ahli teknik dalam mendesain perlengkapan (Anastasi, 1989: 255-256).


Ket. klik warna biru untuk link


Sumber
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Bumi Aksara. Jakarta


Download

Baca Juga
1. Ruang Lingkup Psikologi. Psikologi Sosial (Social Psychology)
2. Ruang Lingkup Psikologi. Psikologi Klinis dan Psikologi Penyuluhan (Clinical Psychology and Conselling)
3. Ruang Lingkup Psikologi. Psikologi Konstitusional (Constitutional Psychology)
4. Ruang Lingkup Psikologi. Psikofarmakologi
5. Ruang Lingkup Psikologi. Psikologi Okupasional (Accupational Psychology)
6. Ruang Lingkup Psikologi. Psikologi Politik (Political Psychology)
7. Ruang Lingkup Psikologi. Psikologi Sekolah dan Pendidikan (Psychology for the Classroom and Educational Psychology)
8. Ruang Lingkup Psikologi. Psikologi Perkembangan
9. Ruang Lingkup Psikologi. Psikologi Kepribadian (Psychology of Personality)
10. Ruang Lingkup Psikologi. Psikologi Lintas Budaya (Cross-Cultural Psychology)
11. Ruang Lingkup Psikologi. Psikologi Lingkungan  
12. Ruang Lingkup Psikologi. Psikologi Konsumen
13. Ruang Lingkup Psikologi. Psikologi Industri dan Organisasi (Industrial and Organizational Psychology)
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Ruang Lingkup Psikologi. Psikologi Rekayasa (Engineering Psychology)"